Dulmatin, gembong teroris di balik peristiwa Bom Bali 1 2002, dipastikan tewas dalam penggerebakan di Pamulang, Tangerang. Tewasnya Dulmatin di luar prediksi, sebab dia dikabarkan berada di Mindanao, Filipina.
Selama delapan tahun belakangan, aparat Filipina menyatakan Dulmatin yang bersembunyi di antara gerombolan Abu Sayyaf, tewas di tangan aparat. Tiga kali Filipina mengumumkan kematian Dulmatin.
Namun klaim itu terbukti salah. Petualang Dulmatin berakhir di sebuah warnet di Pamulang.
Yang masih pertanyaan, kapan, dan apa tujuan Dulmatin kembali ke Indonesia.
Seorang anggota pasukan antiteror Indonesia menyatakan Dulmatin masuk diam-diam ke Indonesia diam-diam lebih dari setahun lalu. Tak ada yang sadar dia adalah buron teroris nomor wahid.
"Kami belum memastikan mengapa dia kembali ke Indonesia," kata dia kepada The Star.
Selama di Indonesia Dulmatin memakai nama alias Muhammad Yahya. Muhammad Yahya lantas masuk ke radar Densus 88 Antiteror.
"Nama Muhammad Yahya masuk dalam lingkaran militan. Kami mengawasainya, tapi jujur, saat itu kami tidak tahu siapa dia -- kami juga tak tahu Muhammad Yahya ternyata Dulmatin," kata petugas yang meminta namanya disamarkan.
Menurut dia, polisi mengawasi Muhammad Yahya, tapi dia bukan prioritas. Densus 88 saat itu lebih memprioritaskan perburuan gembong teroris lain, termasuk Noordin M Top.
Diyakini Dulmatin terkait kelompok Noordin, Tandzim Al-Qodat.
"Dulmatin percaya jihad dan membunuh orang-orang kafir sebagai bagian dari misi untuk mendirikan negara Islam didasarkan pada hukum syariah."
Sebagai Muhammad Yahya, Dulmatin bekerja sebagai pedagang ternak di sebuah kota di Jawa Tengah. Dia dikenal ramah dan berinteraksi dengan baik dengan masyarakat setempat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar